kemarau menjelma hujan,
tak kunjung reda menggenangi bumi
dingin juga sepi
sesuatu yang tak mudah dipahami…
senja ini, aku berjalan seraya makan kacang polong, tak boleh dilakukan, makan sambil jalan.ah biarlah..
jantungku melambung-lambung, ku sebrangi hiruk pikuk jalan lalu masuk ke toko coklat.. sekantung coklat untukku menemani malam..
ada campuran mede, almond, kismis… semua manis.. aku suka manis, suka gula..
gula-gula membuat hidup menjadi manis..
sudah malam di lapang rumput.. ada lampu taman, ada sekantung coklat, ada bintang, dan bulan yang bulat penuh,juga kunang-kunang yang berkelap-kelip di antara dedaunan.seekor burung berkicau sambil terbang lalu hinggap di samping ku..
ku katakana kepadanya : “mau coklat??”
Si burung makan coklatku.. dia mengambil sebagian milikku.. aku rasa, aku mulai suka berbagi dengannya.. dia riang, suka berkicau dan menyanyi..
Ada burung dan coklat di samping ku, mereka membuat malamku menjadi riang dan manis…
Ku keluarkan notes hijau mini dari saku celana…
“Kamu mau dengar??? Ini kado malam untuk mu, wahai burung”.
(Ia diam saja, aku menganggapnya setuju)
Ku ceritakan sebuah rahasia. Rahasia 7 tahun silam.. yg tertulis di notes mini hijau ku..
“Semesta membisikku dalam lelap, dalam sunyi, tanpa bunyi…
Aku sudah tahu pria itu ..
namanya tertulis di mimpiku… dia tinggal jauh sekali”.
“Kamu tahu burung, kini sosoknya nyata… seseorang yg pada awalnya tidak nyata… yg tidak ku ketahui bentuknya.. hanya nama dan terpisah ribuan kilometer dariku”.
“Tapi Dia telah datang, ada di dekatku, seperti kamu…”
Setelah mendengar kisah dan menghabiskan coklatku, burung berhenti berkicau dan terbang lagi
Dan keheningan kembali menyelimuti malam….

-RK-
Pada suatu malam di penghujung bulan
publish on fb by Rike Savitri , Tuesday, June 29, 2010 at 6:50pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar