Pada senja sebelum permainan dimulai, angin berhembus menerpa daun-daun ketapang sementara langit mulai menampakan wajah muramnya. Aku dan Dia, masing-masing duduk pada ayun-ayun yang terbuat dari setengah ban bekas.
"Apa kau masih mau bermain?, badai akan turun!"
"Iya. tak apa. aku bawa payung, jas hujan, dan tenda".
"Kau bawa juga untuk ku?"
Dia tersenyum lebar yang memperlihatkan rentetan giginya, lalu mengeluarkan 2 potongan keramik dari dalam saku celana panjangnya.
"Sebuah untuk ku dan sebuah lagi untuk mu."
"Bagaimana cara bermainnya?"
"Begini, aku akan menggambar kotak-kotak yang berderet ke atas dengan dahan ini terlebih dahulu. Setelah gambar selesai maka permainan dimulai dengan melemparkan gaco keramik ke dalam kotak dan lompatlah. ingat goco dan lompatan tidak boleh menyentuh setiap garis batas kotak."
"Bagaimana jika salah satu diantara kita menyentuh garis batas atau mungkin tersungkur saat meompat?"
"Jika demikian tergantung teman mainnya, akan mengajak bermain lagi atau tidak!"
"Kalau aku terlebih dulu, apa kau akan mengajakku lagi?"
(dia tak menjawab dan melanjutkan gambarnya pada tanah lapang)".
"Cukup kau menggambarnya terlalu tinggi. Kau sebut apa permainan ini?"
"Suramanda!!!", teriaknya.
-Rk-
16/09/2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar